|
Penulis |
Hari ini kumendengar berita baik darimu.
Kau akan segera menikah. Kertas berwarna
cokelat, dengan goresan tinta emas serta fotomu dan permaisurimu menambah
elegannya undangan pernikahanmu. Terima kasih telah memasukan namaku pada
daftar undangan. Lama kumenatap kertas itu. Membangkitkan semua anganku dulu.
Anganku yang pernah ingin memiliki
undangan terunik yang tertera namaku dan namamu, yang ingin mengenakan gaun
putih panjang dan berjalan menyusuri lorong altar bersamamu, menjadi pengantin
wanita yang tercantik untukmu. Bersumpah didepan altar Tuhan untuk sehidup
semati, menangis karena terharu, karena akan segera lepas dari orang tuaku dan
tinggal bersamamu. Semua mimpiku itu akan menjadi nyata, namun bukan untukku.
Aku hanya akan menjadi umat yang menyaksikan sumpah setia dan cinta di
pernikahanmu. Memang sakit, tapi kusadari dialah sang ratu yang selama ini kau
impikan. Kutahu dia wanita yang sempurna, jauh dibandingkan denganku yang hanya
seorang wanita biasa. Kau akan memiliki putri yang cantik sepertinya dan putra
yang tampan sepertimu.
Hari ini hari pernikahanmu. Aku yakin tak
akan sanggup ku menahan air mata menyaksikan mimpiku yang direbut orang lain.
Benar saja, kau terlihat seperti yang pernah kuimpikan. Gaun pengantin wanitamu
pun adalah gaun yang sangat kuimpikan. Hari ini, ketegaranku diuji. Walau
sedikit goyah, kusemogakan hidupmu diberkahi kebahagiaan dan kelak aku mampu
menyusulmu bahagia.
0 komentar:
Posting Komentar